"Segala sesuatunya mulai berantakan di bawah Ketua MA Seno Adji yang tidak terlalu memperhatikan pakaian dinasnya. Membawa makanan dan melahapnya ketika memeriksa perkara, pelanggaran etika serius pada masa itu," kata Sebastian Pompe.
Peneliti dari Belanda ini mengungkapkannya dalam halaman 579 buku 'Runtuhnya Institusi Mahkamah Agung' seperti dikutip detikcom, Kamis (8/3/2012).
Tidak hanya pelanggaran etika bersidang, para hakim agung bahkan ada yang berani membawa selingkuhan ke kantor. Akibatnya, Ketua MA membuat instruksi dalam urusan sopan santun.
"Sampai-sampai beberapa hakim agung membawa pacar mereka ke MA dengan mobil dinas. Dan begitu bangga dengan perselingkuhan mereka," tulis Pompe.
Alhasil, perilaku ini mencoreng keagungan Mahkamah. Ketidakdisiplinan hakim agung membuat bawahannya juga mengalami hal serupa.
"Ini sebuah situasi yang mengancam prestise MA, tak ayal juga mengancam rasa tanggungjawab terhadap tugas dan martabat pengadilan," papar Pompe.
Buku ini merupakan kajian Pompe yang dipresentasikan di luar negeri pada 1996. Lantas kajian tersebut hadir dalam buku berbahasa Inggris pada 2005 silam yang beredar di berbagai negara dan menjadi refrensi utama dalam mengkaji hukum di Indonesia. Bulan Februari 2012 LeIP menerbitkan buku tersebut dalam bahasa Indonesia.
"Rangkaian fakta dan analisis dalam buku ini tentu akan menjadi bahan perdebatan bagi para pemerhati dan praktisi hukum dan peradilan," tulis LeIP dalam lembaran kata pengantar.
http://news.detik.com/read/2012/03/08/085658/1860967/10/?992204topnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar