"Sama siapa?" tukas Anggota Komite BRTI Heru Sutadi, ketika dimintai konfirmasinya oleh detikINET, Senin (5/3/2012).
Heru tak sendiri yang merasa kaget. Anggota Komite BRTI lainnya, M. Ridwan Effendi juga merasakan hal serupa ketika dimintai tanggapannya terkait kasus ini.
"Kita masih belum terima surat laporannya," ujar Ridwan.
Alhasil, keduanya masih belum bisa menuturkan konfirmasi lebih lanjut. Mereka memilih untuk lebih dulu mempelajari laporan yang diajukan PT Extent Media Indonesia dan PT Era Cahaya Brilians ini.
"Kita masih belum bisa memberi komentar. Baru membaca beritanya," kata Ridwan.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, drama 'pencurian pulsa' berlanjut kian deras. Hal ini setelah BRTI diserang balik oleh dua CP yang merasa dirugikan.
"BRTI telah melakukan tindakan yang ceroboh dan tidak patut dengan cara menginstruksikan kepada CP untuk menghentikan penawaran konten SMS sampai dengan batas waktu yang akan ditentukan kemudian," kata kuasa hukum PT Extent Media Indonesia dan PT Era Cahaya Brilians, Hinca Pandjaitan.
Seharusnya, BRTI dalam menghentikan layanan CP harus melalui prosedur sesuai Peraturan Menteri Telekomunikasi dan Informatika Nomor 01/PER/M.KOMINFO/01/2009 tentang Penyelenggaraan Jasa Pesan Premium dan Pengiriman Jasa Pesan Singkat (short messaging services) ke Banyak Tujuan (broadcast). Yaitu dipanggil terlebih dahulu, diperingatkan hingga baru dikenai sanksi.
"Ini tidak melalui proses di atas sudah main hukum saja. Perbuatan BRTI dilakukan tanpa melakukan due process of law secara memadai dan sama sekali tidak memberitahukan alasan, dasar, fakta dan metode apa yang dilakukan yang menjadi dasar tindakan-tindakan BRTI," terang Hinca, kesal.
Apalagi, BRTI mengumumkan jika kedua CP ini merupakan dua di antara puluhan CP yang melakukan pencurian pulsa. Tudingan ini nyata-nyata dinilai merugikan kedua CP tersebut karena tidak melalui mekanisme hukum yang ada.
Hinca menyebut, BRTI menyatakan kepada Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Panja Pencurian Pulsa Komisi I DPR RI yaitu telah ditemukenali bahwa telah terjadi ketidakpatuhan terhadap ketentuan regulasi penyelenggaraan jasa premium dengan pengiriman jasa pesan singkat ke banyak tujuan (broadcast).
BRTI juga mengumumkan ke publik melalui pemberitaan media massa baik media cetak maupun media elektronik dan media online, bahwa para penggugat adalah bagian dari puluhan content provider sebagai 'pencuri pulsa'.
"BRTI telah menjadi hakim menjatuhkan vonnis bersalah kepada para penggugat tanpa alasan dan dasar hukum yang cukup," ungkap Hinca.
Akibat tindakan ini, PT Extent Media Indonesia dan PT Era Cahaya Brilians merasa dirugikan. Keduanya menggugat BRTI ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus) untuk mencabut pernyataan bahwa keduanya pencuri pulsa. "Jika tidak mencabut hal tersebut, kami minta kepada majelis hakim untuk menghukum berupa denda Rp 10 juta perhari," kata Hinca.
Selain membayar denda, kedua CP ini menggugat ganti rugi Rp 688,4 miliar yang terdiri kerugian materil sebesar Rp 188,5 miliar dan kerugian immateril sebesar Rp 500 miliar. "Gugatan ini sudah kami daftarkan di PN Jakpus pada 27 Februari 2012 dengan nomor Registrasi Perkara 105/PDT.G/2012/PN.JKT.PST. Minggu ini semoga akan dimulai sidangnya," pungkas Hinca.
http://inet.detik.com/read/2012/03/05/103157/1857760/328/digugat-cp-rp-6884-miliar-brti-kaget/?i991101105
Tidak ada komentar:
Posting Komentar